Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Sumbar Masih Tinggi, Perkawinan Dini jadi Sorotan


PADANG - Tren kekerasan terhadap anak dan perempuan di Sumatera Barat (Sumbar) masih menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Data dari Simfoni PPA mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, tercatat 721 kasus kekerasan terhadap anak. Meski turun dari 841 kasus pada 2023, angka tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 yang berjumlah 617 kasus.

Jenis kekerasan yang paling sering dilaporkan meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Korban didominasi oleh anak-anak berusia 13 hingga 17 tahun, kelompok usia yang dinilai rentan dan membutuhkan perhatian lebih.

Di sisi lain, kasus kekerasan terhadap perempuan juga menunjukkan peningkatan signifikan. Dari 216 korban pada 2020, jumlahnya naik menjadi 237 korban pada 2023 dan melonjak menjadi 309 korban pada 2024.

Masalah lainnya yang turut menjadi sorotan adalah tingginya angka perkawinan anak. Banyak anak yang menikah di usia dini karena tekanan ekonomi, budaya, serta rendahnya akses terhadap pendidikan.

Padahal, perkawinan anak rentan menimbulkan dampak jangka panjang seperti kekerasan dalam rumah tangga dan gangguan kesehatan reproduksi.

Dilansir padek.jawapos.com, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, menyampaikan keprihatinannya saat membuka Rapat Koordinasi dan Peningkatan Kapasitas Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) se-Sumatera Barat, yang digelar di Auditorium Gubernuran pada Rabu (14/5/2025).

Ia mendorong masyarakat untuk aktif melaporkan setiap kasus kekerasan melalui RT, RW, Satgas, hingga UPTD PPA Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 

“Masih banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan karena stigma di masyarakat. Ini menjadi tantangan kita bersama,” ujarnya.

Rakor menghadirkan tokoh nasional Kak Seto, serta sejumlah narasumber dari instansi terkait seperti Kepala Dinas P2TP2A Sumbar, Ketua P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang, dan motivator Hidayatul Taufik. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dinas dan lembaga layanan dari seluruh kabupaten dan kota di Sumbar.

Gubernur Mahyeldi juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. “Kolaborasi akan tercapai jika semua pihak saling menghargai peran, terbuka berdiskusi, dan memiliki visi yang sama. Saatnya kita bergerak bersama, bukan jalan sendiri-sendiri,” tuturnya.

Ketua P2TP2A Sumbar, Hj. Harneli Mahyeldi, dalam laporannya menegaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya memiliki peran strategis dalam melindungi dan memberdayakan perempuan dan anak, terutama di tengah perubahan sosial yang cepat.

Ia menilai peningkatan kapasitas pengurus sangat penting agar pelayanan menjadi lebih inovatif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Kehadiran Kak Seto pun diapresiasi sebagai bentuk dukungan nyata dalam upaya memperkuat perlindungan terhadap kelompok rentan.

“Kehadiran beliau menjadi penyemangat bagi kami semua untuk terus berjuang menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi perempuan dan anak,” kata Harneli.(***)

Kekerasan Anak

Label:

Posting Komentar

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.